Gejala penyakit yang sering terjadi di gunung

Ketinggian tidak bisa dianggap main-main oleh pendaki. Banyak yang cedera, tewas, atau lenyap begitu saja. Tak jarang pula pendaki yang mengalami penampakan dan kesurupan. Jangankan gunung yang terpencil, kota pun ada yang punya hobi menyambut pengunjungnya dengan masalah, seperti Cuzco, Peru (3.000 mdpl), La Paz, Bolivia (3,444 mdpl), dan Lhasa, Tibet (3,749 mdpl).

Olah-raga panjat gunung tidak cukup bermodal ketangguhan fisik melakukan aktivitas (exertion). Lebih dari itu, daya adaptasi terhadap ketinggian (altitude adaptability) juga dituntut. Tuntutan kedua itulah sebenarnya yang berakibat berat bila tak dipenuhi. Pendaki bisa mengidap mountain sickness (mabuk gunung) yang sebenarnya menjadi pangkal musabab dari hal-hal 'gaib' itu.



Mabuk Gunung

Misalnya Anda berada di Kandang Badak (camp site Gede-Pangrango jalur Cibodas) atau Pasar Bubrah (camp site lereng Utara Gn. Merapi) yang elevasinya sekitar 2.500 mdpl, Anda sudah bisa melihat gejala pembuntingan beberapa barang yang Anda bawa. Bungkus snack menjadi gendut menggelembung kayak balon. Botol minuman yang dari bawah dalam keadaan tertutup rapat, bila dibuka pada ketinggian itu tutupnya meletup. Kok bisa? Hal itu terjadi karena perbedaan tekanan udara. Di pantai (0 mdpl), tekanan udara adalah 760 mmHG dengan konsentrasi oksigen 21%, sedangkan pada ketinggian 2.500 mdpl, tekanan udara hanya 570 mmHG. (altitude.org). Dengan demikian, meskipun konsentrasi oksigen sama, kerapatan molekulnya berkurang 25%. Faktor inilah yang telah membuntingkan barang-barang di atas.

Pada kondisi tersebut, apa yang terjadi pada tubuh kita? Hati-hati, ternyata, diam-diam pembuluh darah kita pun ikut bunting. Dan penggembungan pembuluh darah itu menyebabkan terjadinya kebocoran cairan. Inilah biang kerok mabuk gunung.


Kemungkinan Terjangkit (Susceptibility)

Kemungkinan terjangkit mabuk gunung antara satu orang dengan yang lain tidak sama. Beberapa pendaki sangat rentan, sementara yang lain berdaya tahan mirip badak. Sayangnya, sampai saat ini, belum ada metode klinis yang bisa mengidentifikasi dan memilah manusia yang rentan dan yang tahan terhadap ketinggian. Mabuk gunung tidak berhubungan dengan jenis kelamin, umur, dan kondisi fisik. (Rick Curtis, Outdoor Action Guide to High Altitude: Acclimatization and Illnesses). Jadi, jangan pongah dulu kalau badan Anda gempal atau kaki Anda kayak tales Bogor. Anda belum tentu mempunyai altitude adaptability yang sip. Oleh karenanya, semua pendaki wajib mengenali diri masing-masing dalam hal ini. Tidak ada rumus lain!


Jenis Mabuk Gunung

Ada tiga jenis mabuk gunung, yaitu AMS, HAPE, dan HACE.

AMS (Acute Mountain Sickness) adalah bentuk awal dari mabuk gunung. Pendaki yang rentan sudah mulai mengalami gejala ringan AMS pada ketinggian 1,200 mdpl. Itulah sebabnya, ketika berada di pos pendakian (belum mendaki), beberapa orang sudah kelihatan tidak sehat. AMS bisa diidentifikasi dari gejala-gejala:

* Pusing atau pening
* Mual sampai muntah-muntah
* Napas tersengal-sengal pada saat melakukan aktivitas fisik
* Kelelahan (fatigue)
* Hilang napsu makan
* Sulit tidur
* Menyendiri, malas bergaul dan berkomunikasi (social withdrawal)

Apabila mendapatkan perhatian dan perlakuan sebagaimana mestinya, AMS umumnya tidak berakibat fatal. Sebaliknya, bila kondisi ini tidak dipahami dan diabaikan, masalah lebih serius mengancam. Sayangnya, pemanjat gunung sering cuek-bebek terhadap gejala-gejala itu. Kebanyakan menganggap gejala-gejala AMS semata-mata hanya karena terlalu capai, stamina loyo, kurang tidur, atau bahkan masuk angin. Dari pendapat ini, umumnya penderita AMS hanya merasa perlu beristirahat sebentar, kemudian naik lagi. Meskipun beristirahat ada benarnya, perlakuan semacam itu keliru. Mabuk gunung bukanlah persoalan capai, bukan pula persoalan kondisi fisik (lihat Susceptibility).


HACE (High Altitude Cerebral Edema) merupakan perkembangan lanjut dari AMS. Pada tahap ini, banjir cairan sudah tak terkendali seperti lumpur Lapindo. Luapannya sampai ke otak sehingga bengkak. HACE memang sangat jarang terjadi pada ketinggian di bawah 2,700 mdpl. Kasus HACE sering mengancam pada skala elevasi Very High (3.600-5.500 mdpl) dan lebih sering pada Extremely High (>5.500 mdpl). Tetapi pendaki yang sudah mengalami AMS, bila terus menambah ketinggian pada waktu yang cepat, di ketinggian berapa pun, tetap mudah terkena HACE.

Rasa letih yang jauh lebih parah, biasanya dialami penderita HACE. Selain gejala-gejala AMS, gejala lain yang mungkin kelihatan pada penderita HACE adalah:

* Kehilangan koordinasi gerakan, sempoyongan bila berjalan
* Kebingungan, irasional
* Mengalami halusinasi
* Meracau
* Lunglai, dan pada keadaan yang paling parah mengalami koma

Lebih dari lima puluh persen penderita HACE yang sampai mengalami koma, akhirnya tewas. Sementara yang berhasil bertahan, kebanyakan mengalami cedera otak permanen yang menyebabkan ketidaknormalan kondisi mental atau kekacauan koordinasi motorik. Kalau mendapatkan penanganan yang pas, jangan takut, asal belum sampai mengalami koma, penderita bisa pulih total.


HAPE (High Altitude Pulmonary Edema) adalah bentuk lain dari perkembangan AMS. Pada kasus ini, banjir kiriman mencapai paru-paru sehingga penderitanya mengalami kesulitan pernapasan. Akibatnya, efektifitas penyerapan oksigen menurun drastis. HAPE bisa terjadi sendiri, maupun serentak dengan HACE. Dalam hal pemburukan kondisi ke arah fatalitas, jangan main-main, HAPE lebih cepat!

Gejala penderita HAPE adalah:

* Napas tetap tersengal-sengal meskipun beristirahat
* Batuk berat disertai keluarnya busa putih
* Dada terasa sangat berat dan sesak
* Lunglai, lemas

Gejala-gejala seperti irasionalitas, kebingungan, dan gejala-gejala lain yang tampak pada HACE bisa juga muncul sebagai akibat dari kurangnya pasokan oksigen ke otak.

Penampakan? Ya jelas ada penampakan, wong otak becek kebanjiran! Kesurupan? Ya jelas kesurupan, meracau, ngomyang, wong otak bengkak!

sumber : email dari Yayasan survival indonesia

Posting Komentar

38 Komentar

J O N K mengatakan…
wah, kayaknya gue harus pergi ke gunung untuk refresing nih mas

infonya berguna banget :D
sibaho mengatakan…
ngeri juga ya, jadi mungkin saja yang disebut kesurupan di gunung itu sebenarnya mabuk gunung ya...

thanks atas infonya...
e-je mengatakan…
oh di gunung juga bisa mabuk yah???
baru tahu nih..makasi abie pencerahannya...
bunda mengatakan…
terimakasih sudah berbagi info kang Abie... sukses dan tetap semangat
heppi wiken ya
azwinner mengatakan…
waw mantapppp
baru tw aq masalh yg beginian...
nice info friend
suryaden mengatakan…
yah... belom lagi kalo mountain sadness... wahahha...
IHSAN mengatakan…
baru tahu klo itu namanya mabok gunung,
ya serung suh teman kaya gituan, tapi ya di istirahatin aja biar pulih karena dikira hanya kecapean
www.katobengke.com mengatakan…
wah kalu aq pada dasarnya takut ketinggian...
fajardesign mengatakan…
wahhh...tadinya aq pengen nampilin postingan kayak gini(mountain sickness)...tapi udah keduluan km..nice post:)

tapi aq juga pernah menulis postingan kyk gini di blog lamaku yang "ditinggalkan"

nih linknya klo mau baca..

http://secerahfajar.blogspot.com/2008/10/istilah-mountain-sickness-mungkin-sudah.html

posting tentang gunung terus bro...klo bisa kasih info tentang gunung2 yang udah didaki
Ranie mengatakan…
klo org yg tersesat di gunung n ilang jejak..apakah itu salah satu dampak dari mabuk gunung?hehe...
bunda azka mengatakan…
Abieeeeeeee...
aq gak pernah nih naik gunung, jd blm tau rasanya.
bte thnks ya buat infonya :)
Lala mengatakan…
Infonya berguna sekali karena Bulan Maret ntar aku rencana mo naik gunung ke "Blue Mountain" di North Carolina. Mudah2an ga sampe kesurupan, hiiii.....
aaLiL mengatakan…
yeh,,, kalahkah numpak gunung...hehehe..

titi dj agnes monica lah...hahaha

teu ngajak2 si eta mah ka pangrango..

eta verifikasi kata teu kudu dipake lah... nyien repot wae nu deuk komen teh..hahaha..
Mentari mengatakan…
emang gunung suka memabukkan...
itu tentang kesurupan pokoknya kalo ke gunung..niatx jangan macem2 deh
bisa keteguran hehehe palagi sampai niat ngepet hakakakak... pokoknya segala jenis "buangan" jangan sembarangan.. buanglah pada tempatnya.. beugh...
Itik Bali mengatakan…
Gunung itu indah
Tapi aku cuman bisa memandangi
Aku pengin ikutan mendaki gunung
tapi aku kadang suka ragu sama kemapuan diri sendiri
kuatkah fisik saya?

Baca artikel ini, saya jadi tahu
bahwa pendaki gunung tak cukup modal kekuatan fisik semata..
Kharianto mengatakan…
Slah satu tempat favorit saya nih kang,,, thanks kang ats infonya,,,
Brigadista mengatakan…
wahhh kalau tekanan udaranya makint nggi makin kuat ya??? bisa keluar darah doong kalau gitu,.???
attayaya mengatakan…
untung mabuknya mabuk beneran, karena aku benci pendaki yang mabuk karena minuman. botolnya berserakan di gunung, di halte pendaki, di semak2.
aku benci perilakunya yang tidak menghormati alam.
(lho kok aku yang jadi curhat)
mahap
mahap
mahap
kakara mengatakan…
..nice post kang..
next post(kapan2) bahas gimana ngantisipasi dari penyakit2 gunung itu ya kang.. thx for sharing. :)
Debu Kehidupan mengatakan…
wah pas nih mas, saya juga hobby naik gunung, saya ada komunitas panji laras, tapi agak extrem soalnya kita biasanya buat jalur pendakian dewe, kapan2 bisa naik bareng pasukan saya.
Atca mengatakan…
ohh bisa kesurupan juga yah???
ternyata banyak juga syarat dan juga masalah2 yg dihadapi pas naik gunung...harus banyak mempelajari nih bg yg mo naik gunung ...
An Nahl mengatakan…
ehm....saya udah lumayan sering naik gunung tapi belum pernah sakit. itu semua memang harus disertai denagn persiapan yang betul2 matang.
An Nahl mengatakan…
sebnrnya bukannya belum pernah sakit, tapi kalo yang parah belum pernah. paling kedinginan aja. wawasan tentang penyakit gunung memang perlu bagi setiap pendaki, jadi klo mendaki gunung ndak modal nekat aja.
sehat berkat reiki mengatakan…
Biasanya kami Praktisi Reiki yang hobi naik gunung, sebelum mendaki selalu membuat bola energi Simbol CHO KU REI raksasa yang bergerak seiring langkah kaki ke puncak gunung pada saat mendaki-tinggal di puncak-lalu turun kembali.
Bola energi Raksasa Cho KU REI akan memancarkan energi yang kuat untuk menolak hal-hal negative dari pancaran magis gunung baik nyata atau pun GAIB.
Sebelum membuat bola energi perlindungan diri ini sebaiknya memohon Kepada Yang Maha Gaib Tuhan SERU SEKALIAN ALAM, agar berkenan melindungi melalui media pembuatan bola energi reiki CHO KU REI.
Dengan adanya bola energi reiki ini maka sesuatu yang datang dari yang tidak kelihatan ( GAIB )tak akan mampu menerobos/melukai si pembuatnya.
Namun ada syarat ketika mendaki gunung, agar tidak merusak alam sekitar, sopan santun dalam bertutur kata dan menghormati alam.
Goo_blog mengatakan…
tapi ada gunung yang ngak bikin mabuk.... hayoooo gunung apa?... mas PeR nya dah selesai sorry baruu ol
indra putu achyar mengatakan…
abiiiiiiiiie, saya baru bisa mampir lagi nie, banyak kerjaan di alam asli hiks**** gimana kgabarnya nie???? blognya makin mantab aza nie....
bisnisway mengatakan…
sepertinya perlu nih saya naek gunung bareng kamu, karena saya belum pernah naek, jadi mas abie bisa nemennin sayah geto. salam merdeka!
IBNU mengatakan…
Wah ngeri juga yach
NYoMaN mengatakan…
banyak juga ya jenisnya
BlaGaBloGer mengatakan…
Wihihihiy,,, ngeri juga yah,,,,,

makanya, seblimnaik gunung udah harus tau ttg yg ky gini....
ternyata bukan cm masalah naiknya donk....

huhuhu, makasih mas.....

kapan yah, saya naik gunung???
IjoPunkJutee mengatakan…
Pernah nyoba ndaki gunung di kawasan djogja dan sekitarnya, namun sayang tanpa dibekali pengetahuan seperti ini. untung gak terjadi hal-hal "gaib".

Lain kali kalo mo daki wajib bawa bekal pengetahuan ini. Thank's bro...!
Lyla mengatakan…
wah... kalo ke gunung yang punya sakit asma gimana??? kan berbahaya...solusinya gimana???
Rayza mengatakan…
waah jadi pengen naik gunung lagi..
tapi bisa ga ya berat badan dah berubah dari masa muda duluu...
Nice info lah bro.. Makasih..
Ocim mengatakan…
infonya berguna nich klo2 ntar maen ke gunung terus kemah .. salam kenal kang
tyas mengatakan…
ngeri juga yah.... ntar kalo aku ke gunung temenin ya, takut mabuk gunung.... apa malah ntar gunungnya yg mabuk ngeliat aku dateng...?
Joo mengatakan…
ew.....hyuhh..hyuuhh.. untung aku gag suka naek gunung.. dulu waktu naek merapi aja.. bawaannya gemetara... hyuuhh.... gag lagi deh...
IjoPunkJutee mengatakan…
Dah lama gak di update neh bro...???
wandhe mengatakan…
ada aja ko ka,, mau ikut ngga, ke ranggawulung, acara perkemahan
advertise

Subscribe Text

Jangan lewatkan info kegiatan kami